Senin, 25 November 2013

MASALAH SOSIAL TENTANG KEMACETAN


            Di kota besar seperti Jakarta ini, macet sudah tidak aneh lagi di telinga warga Jakarta. Biasanya macet terjadi dihari-hari kerja sekitar pukul 06.30, dan pukul 16.00. Macet juga biasanya terjadi pada hari-hari libur seperti hari sabtu. Nah sebenarnya apa sih penyebab macet itu? Macet disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah faktor volume kendaraan yang tidak sepadan dengan ruas jalan yang ada. Di daerah sekitar rumah saya, biasanya di pagi hari menuju Jatiasih itu macet total. Karena jalan rayanya yang begitu kecil dan volume kendaraan yang begitu besar tidak sebanding. Sehingga apabila ada mobil yang parkir di sisi jalan seperti angkot yang hendak mengangkut penumpang bisa menyebabkan kemacetan. Faktor yang kedua adalah kesadaran pengguna jalan raya yang kurang. Seperti contoh diatas tadi, kesadarran pengguna jalan yang kurang dapat menyebabkan jalan raya menjadi macet. Contoh angkot yang ingin menaikkan dan menurunkan penumpangnya di pinggir jalan dapat menimbulkan kemacetan. Biasanya juga pengendara motor suka selap selip kiri kanan sehingga membuat lalu lintas mnjadi kacau. Pengendara mobil pun sulit untuk bergerak karena takut akan bersenggolan dengan kendaraan lain yang mengakibatkan body mobil menjadi rusak. Selain itu, salah satu faktor lainnya adalah manajemen lalu lintas yang kurang baik. Banyak jalan raya yang lalulintasnya kurang terkoordinir sehingga menyebabkan kemacetan parah. Contohnya saja seperti pertemuan 2 cabang jalan menuju jalan utama sehingga menyebabkan kemacetan apabila tidak ada polisi yang mengatur pergantian mobil yang masuk ke jalan utama. Faktor lainnya juga karena kurangnya lahan parkir. Kurangnya lahan parkir mengakibatkan pengguna jalan memarkirkan motornya sembarangan, entah di trotoar atau di pinggir jalan sehingga menimbulkan kemacetan.
           
     Lalu apa solusi yang efektif untuk mengatasi masalah ini? Menurut saya pribadi, solusi yang sangat efektif adalah kesadaran diri masing-masing. Kita sebagai manusia seharusnya sadar bahwa jalan raya bukanlah milik sendiri, tapi milik bersama. Seperti halnya angkot, supaya tidak sembarangan berhenti begitu saja di tengah jalan untuk menaikkan atau menurunkan penumpangnya. Pengendara motor juga begitu, agar tidak selonong selonong dengan mmobil karena dapat mengganggu ketertiban lalu lintas. Solusi lain adalah dengan membatasi konsumsi kendaraan bermotor. Dalam artian, kendaraan bermotor semakin hari semakin murah. Orang bisa dengan mudah memiliki 2 atau 3 motor sekaligus secara kredit, bahkan tanpa uang muka. Nah seharusnya pemerintah mengeluarkan kebijakan agar setiap keluarga hanya boleh memiliki 1 atau 2 motor maksimal. Begitu pula dengan mobil. Atau juga bisa dengan menaikkan uang muka atau DP kendaraan bermotor. Seperti yang saya dengan bahwa beberapa tahun mendatang setiap konsumen yang akan membeli kendaraan bermotor harus membayar uang muka sebesar 30 % dari harga kendaraan tersebut. Jadi dengan begitu kita bisa menekan pengguna kendaraan bermotor, dan mengajak untuk lebih memilih kendaraan umum yang lebi efisien.


sumber : http://ryandhikapunya.blogspot.com






Tidak ada komentar:

Posting Komentar